Jumat, 20 Februari 2015

murai jawa

LARWO (MURAI BATU JAWA)

Larwo (Murai Batu Jawa), Copsychus malabaricus ssp. Javanus
Pada masa kecil saya di Jawa Timur, saat saya hanya bisa memfavoriti emprit, manyar, kutilang, dan termewah burung betet, saya sering mendengar bahwa ada satu burung yang ramai dibicarakan penghobi burung, yaitu Larwo. Kata Larwo merupakan singkatan dari “lar-e dowo” yang artinya bulunya panjang. Saya tidak terlalu memusingkan untuk lebih jauh mencari tahu atau menginginkan untuk memilikinya karena saya beranggapan bahwa jenis burung tersebut merupakan “mainan” orang dewasa. Akibat dari ketidakpedulian saya tersebut, saya menjadi tidak pernah tahu seperti apa sosoknya.
Setelah menggeluti penangkaran murai batu, saya baru tahu bahwa larwo merupakan salah satu sub spesies dari murai batu yang saat ini sudah menjadi langka keberadaannya di alam. Naluri menangkar saya langsung terangsang, sehingga terbersit sahwat saya untuk menangkarkannya dalam rangka pelestarian.
Untuk pertama kalinya dalam hidup, saya melihat sosok murai batu asli Jawa / Larwo pada bulan Mei 2013 lalu berkat kebaikan hati seorang sahabat dari Yogyakarta. Larwo tersebut menurut ceritanya diperoleh dari hutan Jawa Timur, berjenis kelamin jantan dan baru berumur 8 bulanan. Ciri-ciri persis sebagaimana yang saya baca di berbagai artikel yang ada di internet. Tubuh kecil, bulu warna hitam di dada sampai mendekati daerah perut dan bulu kepala jabrik saat emosi. Meski kecil sosoknya ternyata saat ngeplong suaranya juga keras dan pedas.
Meski nyanyiannya masih sangat jarang dilantunkan, saya sudah merasa “mongkog” bahagia dan bangga, karena sudah ada modal awal untuk menuju ke arah pelestarian murai batu Jawa yang sudah langka. Untuk mewujutkan proyek tersebut masih memerlukan waktu yang tidak tentu karena sebagaimana larwo jantan, larwo betina lebih sulit lagi untuk mendapatkannya.

Inilah sosoknya:



Mohon bantuan Sahabat dan Saudara semua untuk mewujutkan misi ini, baik berupa informasi keberadaan Larwo Betina atau bila ada sahabat yang memilikinya dan berniat menghibahkannya, saya dengan bangga akan menerima kepercayaan untuk mengembangkannya. Saya tidak akan menjual anakannya. Setelah berkembang menjadi beberapa pasang, anakan selanjutnya setelah besar akan saya serahkan ke pengelola taman nasional di Jawa untuk dilepasliarkan. Tujuannya tidak lain agar si Larwo Murai Batu Jawa tidak punah dan generasi mendatang tidak hanya mengenal namanya saja. Semoga niat saya ini mendapatkan ridho Allah S.W.T. Amin. 
Dibawah ini beberapa artikel tentang si Larwo yang sudah ada di dunia maya untuk menambah wawasan kita:

Artikel dari http://omkicau.com/

Burung larwo, riwayatmu kini….

Burung larwo pernah populer di kalangan penghobi burung “jadul” di Jawa ketika burung murai batu Sumatera atau Kalimantan belum membanjiri pasar-pasar burung Pulau Jawa dan ditangkar para penghobi burung di Pulau Jawa.
Larwo memang identik dengan murai batu karena dia masih satu genus dengan nama Copsychus malabaricus ssp. javanicus (Murai Batu Jawa). Jadi salah kalau ada yang mengartikan bahwa larwo berbeda dari murai batu.
Pada beberapa tahun lalu, burung ini masih banyak terlihat di sekitar hutan-hutan di pegunungan di Pulau Jawa. Habitat larwo mulai dari Ujung Kulon sampai Gunung Kidul dan beberapa tempat lainnya.
Penangkapan dan pembabatan hutan yang terus berlangsung, menjadikan burung ini lambat laun menghilang. Pada saat yang sama, tidak ada upaya penangkaran burung larwo.
Ciri-siri khusus
Sepintas tidak ada perbedaan mencolok antara larwo ini dengan murai batu jenis lain asal daerah Sumatera ataupun Kalimantan. Namun kalau kita perhatikan dengan seksama akan jelas perbedaannya yaitu ukuran tubuhnya yang lebih kecil dari murai batu Sumatera dan juga batas garis dada yang berwarna hitam yang berakhir di perutnya. Sementara murai batu Sumatera dan Kalimantan rata-rata batas hitamnya sampai bagian dada saja.
Perbedaan lainnya adalah performa ketika bersuara, yakni bulu-bulu di kepalanya akan berdiri seperti jambul.


Ciri ciri khusus murai batu jawa
Suara burung ini mirip dengan burung murai batu jenis lainnya. Beberapa kicau mania menyebutkan bahwa suaranya kurang variatif tapi ada juga yang menyebutkan bahwa suaranya hampir sama dengan murai batu lainnya (variatif).
Menurut saya, sebagaimana penentuan “kualitas” burung murai batu secara umum, ada pada karakter dari burung itu sendiri. Jika ada yang mengatakan burung larwo bersuara variatif atau sebaliknya, hal itu tergantung karakter burung dan tentu saja perawatan dan pemasteran jika burung itu ada dalam pemeliharaan tangan manusia.
Sebagaimana disebutkan pada awal artikel ini, keberadaan larwo sudah jarang dan di hutan-hutan Pulau Jawa juga sudah nyaris punah. Dengan demikian, sangat diharapkan adanya upaya penangkaran terhadap larwo demi pelestariannya. (*)
Larwo (Murai Batu Jawa),
Copsychus malabaricus ssp. Javanus
burung ini, pada masa dahulu pernah mengalami masa jaya, hidup bebas di alam pulau Jawa. Tetapi pada beberapa tahun terakhir ini, populasi burung ini bisa dikatakan nyaris punah. Bahkan tidak diketahui apakah burung ini masih ada atau tidak.
Perburuan terhadap burung ini, karena dahulu burung ini termasuk burung yang disukai oleh penggemar burung. Sehingga perburuan yang tidak terkendali menyebabkan burung ini terancam kehidupannya di alam liar. Selain itu akibat perusakan hutan, karena pelebaran areal perkebunan, maupun pelebaran areal pertanian masyarakat pulau Jawa yang semakin bertambah. Habitat burung ini terganggu dan habitat kesukaannya hilang, menyebabkan burung ini harus bersarang di tempat-tempat yang tidak disukainya. Akibatnya perkembangbiakan burung ini di alam tidak berjalan dengan baik.
Populasi burung Larwo ini, diperkirakan hanya tinggal belasan ekor saja.
Terakhir ditemukan burung ini pada tahun 2001 di Jawa Tengah, tinggal beberapa ekor saja. Setelah itu hingga saat ini tidak pernah ditemukan lagi. Apakah burung ini sudah punah ?

Copsychus malabaricus javanus (Kloss, 1921) male RMNH.AVES.129567

Creator: Verbeek, F.A.Th.H.
Geographic coverage: M. Java, Res. Rembang Randoeblatoeng
Date: [1927]
Type: specimen skin
Subject: male; Copsychus malabaricus javanus (Kloss, 1921)
Identifier: RMNH.AVES.129567
Rights: Images copyright NCB Naturalis
Data provider: Netherlands Centre for Biodiversity Naturalis
Provider: STERNA
Providing country: Netherlands




  http://www.kicaumania.or.id/

2 komentar:

  1. Saya ada burung larwo jantan dan betina tapi posisi di jember desa sanenrejo jika perlu hubungi saya di 085732205703

    BalasHapus
  2. Saya ada burung larwo jantan dan betina tapi posisi di jember desa sanenrejo jika perlu hubungi saya di 085732205703

    BalasHapus